Perkembangan Peci Sebagai Busana Nasional Yang Harus Anda Ketahui!!! 

Peci atau songkok ditetapkan menjadi busana nasional oleh Presiden 1 Republik Indonesia Bapak Ir. Soekarno setelah mengikuti pertemuan di Jong Java pada Juni 1961 di Surabaya. Kala itu Sukarno melihat rekan-rekannya yang berdebat dengan berbagai lagak tanpa penutup kepala. Mereka ingin tampil layaknya orang Barat.

Tidak sedikit kaum intelegensia yang membenci pakaian daerah, seperti blangkon dan sarung. Pakaian tersebut seolah menandakan kaum kelas bawah. Mengenakan pakaian yang berbeda, Soekarno muda menjadi pusat perhatian rekan-rekannya.

Saat itu juga beliau berkata dengan tegas "Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka,”.

Beliau dengan tegasnya mengatakan hal itu di depan para hadirin yang menghadiri Jong Java saat itu. Itulah kali pertama Soekarno mengenakan peci di hadapan publik. Keesokan harinya, Bapak Proklamator Bangsa itu dikenal sebagai tokoh yang memadukan antara peci dengan jas. Sejarah mencatat, sebenarnya bukan Soekarno tokoh intelektual pertama yang mengenakan peci.

Sebelumnya ada tokoh Intektual yang mengenakan peci. Pada 1913, ketika tiga serangkai, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara, diundang pada rapat Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP), masing-masing dari mereka sudah mengenakan penutup kepala sebagai identitasnya.

Tjipto saat itu menggunakan kopiah dari beludru hitam. Sebagai tokoh nasionalis, Bung Karno berhasil menyebarkan citra peci sebagai identitas bangsa dan membuktikan bahwa itu bukan busana kelas bawah lagi.. Kini peci dipakai pada acara resmi kenegaraan serta bukan lagi penanda bahwa penggunanya adalah seorang Muslim namun ebih dari itu.

Kini peci telah menjadi busana formal. Sering dipakai saat Upacara Bendera maupun Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia. Seiring berjalannya waktu peci menjadi busana yang harus dikenakan apalagi semua Presiden Republik Indonesia mengenakan Peci kecuali Presiden Megawati.

Sebelum itu peci sudah sering digunakan oleh kaum santri di berbagai Pondok Pesantren terutama di Jawa Timur dan meluas ke berbagai pulau jawa. Disamping menjadi ciri khas yang dimiliki Bangsa Indonesia dengan ditetapkannya Peci sebagai Busana Nasional mengakibatkan tumbuhnya perekonomian yakni hadirnya beberapa Home Industri.

Berkembangnya zaman juga mengalami perkambangan di Peci seperti jenis peci dan model pecinya. Saat awal menjadi Busana Nasional, Peci polos berbahan bludru hitam yang dipakai oleh Presiden Ir. Soekarno dengan model biasa dan yang dipakai oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta dengan model Peci Susun.

Untuk perbedaannya antara peci biasa dengan peci susun terdapat di atas pecinya peci susun yang membentuk gunungan. Seiring berjalannya waktu, peci banyak mengalami perubahan terutama di modelnya tanpa mengurangi ciri khas kebudayaan peci itu sendiri. Berbagai perubahan itu seperti model peci menjadi ada lubang udara yang sering disebut model AC karena berfungsi seperti sirkulasi udara.

Selain itu yang sedang viral dan hits sekarang ini model peci bordir yakni peci yang terdapat logo suatu organisasi masyarakat, Pondok Pesantren, komunitas atau lembaga lainnya seperti Peci NU Bordir, Peci UAS, Peci Custom Logo. Tidak hanya untuk peci dewasa, ada juga perkembangan untuk peci anak dengan memberikan motif-motif karakter seperti Peci Motif Tayo, Peci Motif Upin-ipin dll.

Tidak berbeda dengan model yang berubah, untuk jenisnya pun ikut berubah dengan yang semula peci identik dengan bludru hitam dengan perkembangan yang ada menjadi ada beberapa warna (Merah, Biru, Hijau, Putih) seperti Peci Warna Merah (Identik dengan Budaya Betawi). Walaupun zaman terus berkembang tak lantas membuat peci mengalami kemunduran karena itu merupakan identitas bangsa ynag harus kita lestarikan.

Peci Songkok Nasional (WA : 081717443008)