Sudahkah Anda Tahu Sejarah dan Informasi Peci atau Songkok?
Peci atau songkok merupakan penutup kepala yang terbuat dari kain atau bahan lainnya menurut KBBI. Saat ini peci sudah menjadi budaya serta sering dipakai untuk acara formal maupun non formal.
Di Indonesia sendiri,
peci diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Salah satu dari
sembilan wali Allah yang ada di Indonesia. Pada
mulanya Sunan Kalijaga membuat mahkota atau kuluk yang diperuntukkan khusus
untuk Sultan Fattah.
Kuluk
yang dibuat Sunan Kalijaga untuk Sultan Fattah saat itu mirip dengan songkok
atau peci, hanya saja ukurannya jauh
lebih besar dibandingkan peci yang kita kenal saat ini. Namun ada pula cerita
lain yang menceritakan tentang asal usul peci di Indonesia. Bahwasannya Laksamana Ceng Ho yang membawa
peci masuk ke Indonesia.
Dilansir
dari historia.id, peci sudah terkenal di Indonesia sejak abad 15.
Peci terkenal di Giri, salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa. Kala itu,
Raja Ternate Zainal Abidin sempat belajar agama di Madrasah Giri. Sekembalinya
ke kampung halaman, dia membawa peci sebagai buah tangan. Saking berharganya
peci, penutup kepala tersebut bisa ditukar dengan rempah-rempah atau cengkih.
Memasuki
era kolonial, Belanda sempat ingin mengubah gaya berpakaian kaum lelaki di
Jawa. Berbagai pakaian yang saat itu terkenal di Barat mulai ditawarkan kepada
penduduk Jawa. Alhasil, pria Jawa yang dekat dengan orang Belanda mulai meniru
gaya berpakaian Barat. Menariknya adalah blangkon atau peci tek pernah lepas
dari kepala mereka, meski gaya pakaian mereka berubah.
"Topi
Eropa sama sekali tak populer. Demikian pula topi gaya kolonial. Kuluk atau
tutup kepala berbentuk kerucut teropong yang digunakan oleh par priyayi, dapat
dikatakan hilang dari kebiasaan. Tutup kepala yang dililitkan dengan berbagai
cara makin lama makin jarang," tulis Denys Lombard.
Surabaya,
Juni 1921, tatkala Sukarno mengikuti rapat Jong Java, diyakini sebagai titik
balik peci sebagai identitas bangsa. Kala itu Sukarno melihat rekan-rekannya
yang berdebat dengan berbagai lagak tanpa penutup kepala. Mereka ingin tampil
layaknya orang Barat. Tidak sedikit kaum intelegensia yang membenci pakaian
daerah, seperti blangkon dan sarung. Pakaian tersebut seolah menandakan kaum
kelas bawah.
Tampil
memecah perdebatan, Sukarno muda berhasil merebut perhatian rekan-rekannya.
"...Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang
memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu,
adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita
dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka,” tegas Sukarno.
Itulah
kali pertama Sukarno mengenakan peci di hadapan publik. Keesokan harinya, bapak
proklamator bangsa itu dikenal sebagai tokoh yang memadukan antara peci dengan
jas. Sejarah mencatat, sebenarnya bukan Sukarno tokoh intelektual pertama yang
mengenakan peci.
Pada
1913, ketika tiga serangkai, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar
Dewantara, diundang pada rapat Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP),
masing-masing dari mereka sudah mengenakan penutup kepala sebagai identitasnya.
Tjipto saat itu menggunakan kopiah dari peci bludru hitam.
Sebagai
tokoh nasionalis, Sukarno berhasil menyebarkan citra peci sebagai identitas
bangsa. Kini peci dipakai pada acara resmi kenegaraan. Peci bukan lagi penanda
bahwa penggunanya adalah seorang Muslim. Lebih dari itu, kini peci telah
menjadi busana formal.
Semakin
berkembangnya zaman, sekarang ini peci atau songkok juga ikut mengalami
perubahan dengan hadirnya berbagai jenis songkok dari jenis warna maupun model.
Walaupun terdapat perubahan peci tetap menjadi budaya yang tidak akan pernah
ditinggalkan oleh Rakyat Indonesia.
Peci/Songkok Hitam (WA : 081717443008)
0 Komentar